• SMK WIDYA NUSANTARA

  • Menciptakan Insan yang mandiri dan berkarakter serta dilandasi Iman dan Taqwa.
  • smk.winus.bekasi@gmail.com
  • 021-82424443 / 021-82424445
  • Pencarian
Cikal Bakal Pendidikan Modern

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sesungguhnya, cikal bakal pendidikan Islam dimulai pada masa Khalifah Umar Ibn Khattab. Pada saat pemerintahannya, secara khusus Umar mengirimkan petugas khusus ke berbagai wilayah Islam untuk menjadi guru di daerah tersebut. Para petugas khusus ini biasanya bermukim di masjid dan mengajarkan tentang Islam kepada masyarakat, melalui halakah-halakah majelis khusus untuk menpelajari agama. Majelis ini terbuka untuk umum.

Namun demikian, cikal bakal pendidikan Islam yang menerapkan sistem pendidikan modern seperti sekarang ini adalah madrasah-madrasah nizhamiyah. Kurikulumnya berpusat pada Alquran (membaca, menghafal, dan menulis), sastra Arab, sejarah Nabi SAW, dan berhitung. Sistem pengajarannya menitikberatkan pada mazhab Syafi’i dan paham Asy’ariyah (aliran teologi yang menerima argumen rasional, namun percaya penuh kepada dalil-dalil wahyu—Red) yang berkembang dan dianut saat itu.

Sistem belajar yang diterapkan di madrasah nizhamiyah adalah pengajar berdiri di depan ruang kelas menyajikan materi-materi kuliah, sementara para pelajar (mahasiswa) duduk dan mendengarkan penjelasan di atas meja-meja kecil (rendah) yang disediakan. Kemudian, proses belajar dilanjutkan dengan berdialog (tanya-jawab), antara dosen dan para mahasiswa mengenai materi yang disajikan dalam suasana semangat keilmuan yang tinggi.

Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, seorang tenaga pengajar di nizhamiyah selalu dibantu oleh dua orang mahasiswa (asistensi). Kedua orang mahasiswa inilah yang bertugas membaca dan menerang kan kembali kuliah yang telah diberikan kepada mahasiswa yang ketinggalan.

Status tenaga pengajar (dosen) di madrasah tersebut berdasarkan pengangkatan dari khalifah dan bertugas dengan masa tertentu. Di antara nama-nama besar yang mengabdikan dirinya sebagai tenaga pengajar di madrasah nizhamiyah adalah Syekh Abu Ishaq asy-Syirazi (seorang fakih Baghdad), Syekh Abu Nasr as-Sabbagh, Abu Abdullah at-Tabari, Abu Muhammad asy-Syirazi, Abu Qasim al-Alawi, at-Tibrizi, al-Qazwini, al- Fairuz Abadi, Imam al-Haramain Abdul Ma’ali al-Juwaini, dan Imam al-Ghazali.

Nizam al-Mulk terus berusaha mengembangkan lembaga pendidikan ini sesuai dengan tuntutan zaman. Ia mendirikan banyak madrasah nizhamiyah di berbagai tempat. Agar pengajar bisa berkonsentrasi secara penuh mengajar para siswa, Nizam al- Mulk menetapkan untuk memberi gaji setiap bulan bagi semua pengajar. Namun, kebijakan mengenai gaji ini belum bisa diterima oleh para pengajar di madrasah nizhamiyah. Para pengajar ini lebih suka mengajar tanpa digaji, tetapi kesejahteraan hidup mereka terjamin. Bagi para dosen, gagasan untuk menggaji guru pada masa itu dipandang sebagai suatu gagasan yang terlalu maju.

Bahkan, menurut Charles Michael Stanton, madrasah nizhamiyah merupakan perguruan Islam modern yang pertama di dunia. Hal ini juga diakui oleh Nakosteen yang menyatakan, madrasah nizhamiyah sebagai Universitas Ilmu Pengetahuan Teologi Islam. Sebab, madrasah nizhamiyah mengajarkan pendidikan yang lebih khusus dengan spesifikasi bidang teologi dan hukum Islam.

Meski demikian, kurikulum yang digunakan di madrasah nizhamiyah ini terdapat pula perimbangan yang proporsional antara disiplin ilmu keagamaan (tafsir, hadis, fikih, kalam, dan lainnya) dan disiplin ilmu aqliyah (filsafat, logika, matematika, kedokteran, dan lainnya). Bahkan, saat itu, kurikulum nizhamiyah menjadi kurikulum rujukan bagi institusi pendidikan lainnya.

Kemudian, lembaga pendidikan Islam ini makin berkembang pada masa pemerintahan Khalifah al-Ma’mun. Pada 815 M, al-Ma’mun mendirikan Baitul Hikmah yang berfungsi sebagai perpustakaan, ruang kajian, dan observatorium (laboratorium).

Menurut M Khoirul Anam, seorang pengamat pendidikan dalam artikelnya yang berjudul Melacak Paradigma Pendidikan Islam (Sebuah Upaya Menuju Pendidikan yang Memberdayakan) menyebutkan, Baitul Hikmah belum dapat dikatakan sebagai sebuah institusi pendidikan yang sempurna.

Sebab, sistem pendidikan masih sekadarnya dalam majelis-majelis kajian dan belum terdapat ‘kurikulum pendidikan’ yang diberlakukan di dalamnya. Institusi pendidikan Islam yang mulai menggunakan sistem pendidikan ‘modern’ baru muncul pada akhir abad X M dengan didirikannya Perguruan (Universitas) al-Azhar di Kairo oleh Jendral Jauhar as-Sigli—seorang panglima perang dari Daulat Bani Fatimiyyah—pada tahun 972 M.

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/17/12/13/p0w6y4313-cikal-bakal-pendidikan-modern

Tulisan Lainnya
9 Tips Mengelola Semangat Belajar Siswa

Semangat belajar seorang siswa tidak selalu berada dalam kondisi yang stabil. Kadang-kadang menurun namun di kesempatan lain semangat belajar justru akan meningkat. Sebenarnya, yan

14/09/2019 08:57 WIB - Administrator
Pendidikan Karakter: Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan Urgensinya

Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter? Pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia secara sadar dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi pes

14/09/2019 08:57 WIB - Administrator
Memuliakan dan Menghormati Orang Tua

Pembaca yang dirahmati Allah, seorang Muslim yang tidak menghormati orangtuanya, tidak memuliakannya, apalagi tidak mau merawatnya, maka hidupnya akan jauh dari keberkahan. Di akhirat i

14/09/2019 08:57 WIB - Administrator
Pendidikan di Era Modern

Dewasa ini sudah zamannya zaman digital, dimana-mana serba cepat, instan, dan canggih. Begitu pun di dunia pendidikan Indonesia saat ini. Bayangkan era orang tua kita, be

14/09/2019 08:57 WIB - Administrator